Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Pertemuanku Dengan Luka

Pada pertemuan kita yang tanpa sengaja,  Kamu dengan percaya diri menyapa dan  tanpa berpikir panjang bertanya kabar. "Bagaimana kabarmu?" kau bertanya "Cukup sehat untuk terlihat baik baik saja" kataku "Lalu bagaimana kabarmu?" aku balik bertanya. Yang kutau kau pasti jauh lebih baik. Untuk beberapa waktu kau terdiam Mengabaikan pertanyaanku Menatap lekat bening mataku Kuyakin saat itu cahayanya tepat hanya memantulkan  bayangan dari matamu. aku tersenyum lalu berkata "Jangan merasa bersalah untuk merasa baik-baik saja" Kau masih menatap mataku, dan jauh dari kata tersenyum. "Dia merawatmu dengan sangat baik" lanjutku. Setidaknya aku masih cukup waras untuk  tidak memukul pundakmu saat itu. Seperti yang biasa aku lakukan  Setiap kali aku merasa salah tingkah karna tatapanmu yang terlalu dalam. Kau senang sekali menggodaku seperti itu Aku terlihat menggemaskan  saat aku salah tingkah katamu.  Namun kala itu, bukan sepatah kata yang kau ...
Melepas bukan berarti menyerah.  Sedikit dari kita faham bahwa melepaskan bukan bagian dari menyerah.  Melepaskan adalah bagian dari melakukan yang terbaik  Saat mempertahankan hanya membuat kita saling sakit. Kemudian menyembuh dengan cara kita yang mungkin rumit.  Dan perlahan masing-masing kita akan mulai bangkit.  Selamat berjuang untuk sembuh  Dan kembali saling menyembuhkan.  Sungguh, Allah selalu punya cara unik untuk membuat kita saling mendoakan.  Semoga Allah selalu menguatkan.  Dewi Lestari
 Sometimes, you only need to slow down your moves.  If you feel tired, just stop a little while. Take a deep breath then move forward.  You don't need to run, you don't have to rush.  Not everything needs to be there soon.  Slower _(than everyone)_ doesn't mean you lose.  They come first, congratulations, but that doesn't mean you are worse.  You are on time, we all are.  Enjoy the moment you're standing right now. Take your time.  DL 
Puncak tertinggi dari keikhlasan adalah Merelakan sepenuhnya dia dimiliki orang lain. Titik terendah dalam mencintai bukanlah benci saat mengingatnya.  Melainkan tidak merasakan apa apa lagi meski sedang melihatnya.  Dewi Lestari
Yang riuh bukan suara tawa bapak-bapak di warung kopi langganan Yang bingar bukan suara knalpot racing di jalan perkampungan Yang kalut bukan suara kendaraan roda dua dan empat di persimpangan Yang gemuruh bukan suara sambaran petir di musim penghujan Yang sesak bukan antrian penuh abang-abang grab di Mekdi Melainkan isi kepala yang entah merasa BERUSAHA atau SEDANG PUTUS ASA Dewi Lestari

SAKITMU BAGIMU

Ada sakit yang tak pernah dimengerti orang lain Meski diungkapkan dengan kata menyeluruh Ada luka yang tak pernah dimautaukan orang lain Meski separah apa lukamu mendarah Meski segala air mata terkuras habis Meski segala rintihan tiada henti Tetap saja kau sendiri bersama lukamu Tetap saja kau sendiri bersama sakitmu Beberapa empati menunjukkannya dengan air mata   Beberapa lainnya dengan genggaman tangan menguatkan Beberapa lain lagi menunjukkan dengan doa doa yang menggumam Sedang sang apatis menunjukkannya dengan bercanda sesamanya. Dewi Lestari